Kamis, 23 Oktober 2014

Hari-hari yang berlalu

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh...

Ini bukan puisi. Hanya segores tinta.

Tidak terasa waktu terus berlalu. Delapan tahun sudah blog ini mengawang-awang di dunia maya. Dua ribu enam. Masa-masa ketika diri ini memang membutuhkan penyaluran untuk berekspresi. Mengekspresikan gejolak-gejolak emosi yang bila tidak disalurkan bisa membuat saya gila.

Tahun itu saya masih bekerja di sebuah penerbit yang pernah jaya dengan komiknya. Sebuah penerbit yang bila kita melihatnya dari luar bisa membuat jiwa kreativitas ini tidak bisa diam. Waktu terus berlalu. Kreativitas yang tadinya tertantang, semakin lama justru semakin tergerus dengan kondisi yang memasung. Akhirnya dengan goresan-goresan inilah, ide-ide kemudian terarahkan.

Saya keluar tahun 2007. Kemudian berusaha sendiri. Jatuh bangun. Dan, semenjak itulah lembaran-lembaran ini lalu terabaikan..

Mudah-mudahan, lembaran ini akan terisi lagi, tidak hanya dengan puisi, melainkan juga dengan artikel-artikel lain. Semoga Allah memudahkan. Aamiin...

Rabu, 06 Desember 2006

satu nama

maka ketika kusebutkan satu nama
embun pagi terasa menyejukkan
kicauan burung terdengar merdu mempesona
kehangatan sinar mentari menghidupkan detak jantungku
keindahan malam terasa lembut mengelus batinku
cucuran air mata tak kuasa menahan gejolaknya
: aku menangis sepuaspuasnya

maka ketika kusebutkan satu nama
aku jatuh cinta!

10.97

saat kutatap mataku

tak kuasa, aku harus menatap mataku,
seram
mayat bergelimpangan
hampa
angin memperkosa dingin
sunyi
...
tak kuasa, aku harus menatap mataku
gemetar, menggempa
keringat mendidih membakar
luluh lantak
sepi

09.07

rinduku, mimpi

rinduku, mimpi, biarkan mimpiku merindu-rindu
tak terang saat kunyalakan rinduku, aku tergagap-gagap, limbung, terhuyung-huyung kugapai rinduku, mimpi

kugapai-gapai, terengap-engap, aku tenggelam lagi.
hei, rinduku, engkaukah rindu yang dulu?

09.97

elegi pinggir pantai

ketika kugoreskan batang kayu ini di atas pasir putih di bawah kakimu, tidak ada terlintas goresan itu akan terus ada walaupun riak dan ombak laut terus menyapu tanpa peduli bahwa itu juga merupakan bagian dari dirinya. goresan itu pun masih tetap ada walaupun hujan dan terik matahari memperkosa kisah sejarahnya tanpa peduli bahwa mereka berarti memperkosa diri mereka sendiri.

kini ketika kembali kucoba goreskan batang kayu ini di atas pasir putih di bawah bayangmu, ternyata ia tidak membuat goresan apa pun karena memang air laut semakin meriak dan mengombak, dan hari semakin menghujan serta matahari semakin menerik.

lalu ketika kucoba mengubah goresan ini menjadi batang kayu, riak dan ombak laut tiba-tiba menyurut, hujan menampik turun, dan matahari meredup geram.

dan ketika kucoba berdiri di depanmu, limbung tubuhku tak menentu arah...

09.97

hanya ingin sakit

aku hanya ingin sakit
lalu berjalan-jalan sendirian
menghitung jejak langkah
menuju kepasrahan
: karena kemudian ia berubah menjadi sejarah

aku hanya ingin sakit
menikmati setiap tetesan darah
yang tertinggal dalam tiap jejakan langkah
: karena kemudian ia berubah menjadi kenangan

aku hanya ingin sakit
sendiri saja
menikmati denyut yang menggores setiap pori-pori
: karena kemudian ia berubah menjadi rasa

aku hanya ingin sakit
menikmati desiran angin
yang menyanyat setiap nadi
: karena kemudian ia adalah perjalanan

aku hanya ingin sakit
sendiri saja
sambil memejamkan mata
hampa
: karena kemudian ia adalah dirinya

09.97

pada suatu masa di restoran a&w pasar baru

kita duduk pada satu meja
memesan getar dan rasa
tidak saling berkata-kata

kita duduk pada satu meja
berpejam dalam hening
mengunyah getar dan rasa masing-masing

kita duduk pada satu meja
meminum darah dari jantung keesaan
demi keabadian jarak dan waktu

23 des 94